Halaman

Sabtu, 30 Mei 2009

Komposit Hijau untuk Bahan Otomotif

"The most environmentally friendly thing you can do for a car that burns gasoline is to make lighter bodies." Henry Ford

DEMI PELESTARIAN lingkungan, kini telah sadar bahwa kita terus memproduksi dan menggunakan sukar terdegradasi seperti plastik. Akan tetapi, tentu industri tidak dapat juga bergantung hanya pada bahan-bahan alami yang sangat cepat terdegradasi.

INDUSTRI, khususnya industri otomotif yang sangat haus material, tampaknya akan mengambil jalan tengah, yakni mengembangkan bahan yang cukup tahan lama namun akan terdegradasi bila tak lagi diperlukan. Plastik yang diperkuat dengan bahan alami, khususnya yang berasal dari tanaman, tampaknya cukup menjanjikan dan mungkin akan merupakan salah satu yang menggerakkan revolusi material abad ini.

Industri otomotif akan menjadi lokomotif pendorong perkembangan komposit hijau karena di bidang inilah kebutuhan yang terbesar. Tantangan untuk menciptakan mobil yang efisien dalam penggunaan bahan bakar, berpolusi rendah, selama ini telah dijawab industri otomotif dengan menggunakan komposit plastik yang diperkuat dengan serat untuk menghasilkan material yang lebih ringan (untuk mengetahui sekilas tentang komposit lihat boks di bawah).


Read More/Reference:

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0310/06/inspirasi/605293.htm

Jumat, 29 Mei 2009

Sifat Tarik Komposit Serat Rami-Polyester

Komposit alam (NACO) adalah material yang memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Mechanical bonding komposit yang diperkuat serat alam dapat ditingkatkan dengan perlakuan kimia serat atau mengunakan coupling agent. Perlakuan kimia, seperti perlakuan alkali, sering digunakan karena lebih ekonomis. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh perlakuan alkali terhadap sifat tarik komposit berpenguat serat rami kontinyu dengan matrik poliester. Pengamatan visual dilakukan untuk menyelidiki mekanisme perpatahan. Serat rami direndam di dalam larutan alkali (5% NaOH) selama 0, 2, 4, dan 6 jam. Selanjutnya, serat tersebut dicuci menggunakan air bersih dan dikeringkan secara alami. Matrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin unsaturated polyester 157 BQTN dengan hardener MEKPO 1% (v/v). Komposit dibuat dengan metode cetak tekan pada Vf ≈ 35%. Semua spesimen dilakukan post cure pada suhu 62 0C selama 4 jam. Spesimen uji tarik dibuat mengacu pada standar ASTM D-638. Pengujian tarik dilakukan dengan mesin uji tarik dan perpanjangan diukur dengan menggunakan extensometer. Penampang patahan diselidiki untuk mengidentifikasi mekanisme perpatahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan dan regangan tarik komposit memiliki harga optimum untuk perlakuan serat 2 jam, yaitu 190.27 Mpa dan 0.44%. Komposit yang diperkuat serat yang dikenai perlakuan 6 jam memiliki kekuatan terendah. Penampang patahan komposit yang diperkuat serat perlakuan 0, 2, dan 4 jam diklasifikasikan sebagai jenis patah slitting in multiple area. Sebaliknya, penampang patahan komposit yang diperkuat serat perlakuan 6 jam memiliki jenis patah tunggal. Penampang patahan komposit yang diperkuat serat tanpa perlakuan menunjukkan adanya fiber pull out.

Read More/Reference:

Mechanical Properties of Banana Fiber Reinforced Epoxy Composite

Composite materials were known to mankind in the Paleolithic age (also known as Old Stone age). The 300 ft high ziggurat or temple tower built in the city center of Babylon was made with clay mixed with finely chopped straw [1, 2]. In recent years, polymeric based composite materials are being used in many applications, such as automotive, sporting goods, marine, electrical, industrial, construction, household appliances, etc. Polymeric composites have high strength and stiffness, light weight, and high corrosion resistance.
In the past decade, extensive research work has been carried out on the natural fiber reinforced composite materials in many applications. Natural fibers are available in abundance in nature and can be used to reinforce polymers to obtain light and strong materials. Natural fibers from plants are beginning to find their way into commercial applications such as automotive industries, household applications, etc. [3].
A number of investigations have been conducted on several types of natural fibers such as kenaf, hemp, flax, bamboo, and jute to study the effect of these fibers on the mechanical properties of composite materials [4–7]. Mansur and Aziz [6] studied bamboo-mesh reinforced cement composites, and found that this reinforcing material could enhance the ductility and toughness of the cement matrix, and increase significantly its tensile, flexural, and impact strengths.

Read More/Reference:

Variability and Fracture Behaviour of Banana Fibers

Natural fibers present important advantages such as low density, appropriate stiffness and mechanical properties and high disposability and renewability. Moreover, they are recyclable and biodegradable. There has been lot of research on use of natural fibers in reinforcements. Banana fiber, a ligno-cellulosic fiber, obtained from the pseudo-stem of banana plant (Musa sepientum), is a bast fiber with relatively good mechanical properties.
The ‘‘pseudo-stem’’ is a clustered, cylindrical aggregation of leaf stalk bases. Banana fiber at present is a waste product of banana cultivation and either not properly utilized or partially done so. The extraction of fiber from the pseudostem is not a common practice and much of the stem is not used for production of fibers. This is reflected from the relatively expensive price of banana fibres (Table I) when compared to other natural fibres1. The buyers for banana fibers are erratic and there is no systematic way to extract the fibres regularly. Useful applications of such fibres would regularize the demand which would be reflected in a fall of the prices.

Read More/Reference:

Sifat Fisis dan Mekanis Serat Abaka sebagai Papan Partikel

Pemanfaatan serat alam, sebagai bahan baku produk papan partikel masih membutuhkan berbagai penelitian untuk mendapatkan sifat produk yang memenuhi standar. Produk papan partikel dari serat Abaka dan Sisal masih memiliki kelemahan yaitu sifat pengembangan tebal yang masih tinggi (Syamani et al. 2006). Pengembangan tebal disebabkan karena perubahan dimensi serat akibat pengembangan dinding sel serat atau perubahan ukuran rongga serat akibat menyerap air. Penyerapan uap air akan menyebabkan mengembangnya dinding sel serat. Sedangkan rongga serat yang mengecil pada saat pengempaan, mudah kembali ke ukuran semula karena perekat tidak dapat memasuki rongga serat dan mengikatnya dengan baik.
Pengembangan tebal dari produk yang terbuat dari bahan berlignoselulosa dapat diatasi dengan perlakuan uap. Sekino et al. (1997) menjelaskan bahwa perlakuan uap terhadap bahan berlignoselulosa dikelompokkan menjadi perlakuan uap terhadap biomassa sebelum pembentukan mat, pengempaan dengan steam injection (uap mengenai biomass dan perekat), dan perlakuan uap terhadap panel setelah pengempaan panas. Perekat yang digunakan pada perlakuan uap sebelum pembentukan mat adalah urea formaldehyde (UF) atau melamine urea formaldehyde (MUF). Sedangkan perekat yang digunakan pada perlakuan steam injection pressing dan perlakuan uap setelah pengempaan panas adalah isocyanate dan phenol formaldehyde (PF). 

Read More/Reference:

Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Penol Formaldehida sebagai Bahan Papan Partikel

Sehubungan dengan semakin menurunnya sumber bahan baku kayu dari hutan alam di Indonesia sebagai bahan baku industri, perlu diusahakan untuk mencari bahan baku alternatif lain yang mempunyai potensi sebagai bahan baku industri produk panel untuk menggantikan produk panel berbahan baku kayu.
Salah satu sumber bahan baku yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan papan partikel adalah limbah kelapa sawit yang berlignoselulosa, antara lain tandan kosong, batang, pelepah dan cangkang buahnya. Limbah kelapa sawit yang cukup berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku papan partikel adalah tandan kosong kelapa sawit karena jumlahnya cukup banyak, yaitu 1.9 juta ton berat kering atau setara 4 juta ton berat basah per tahun (Nuryanto 2000) dan sudah terkumpul di industri pengolahan minyak sawit. Pembuatan papan partikel tersebut selain menghasilkan papan tiruan juga berguna dalam mengurangi limbah dari industri kelapa sawit.

Read More/Reference:

Sabtu, 16 Mei 2009

Aplikasi Komposit Serat Alam (Natural Fiber) pada Industri


Ribuan Tahun Lalu, Serat Alam Telah Dimanfaatkan Sebagai Komposit Penguat Bangunan. Kini, Aplikasinya Telah Merambah Ke Ranah Industri. Mercedes Benz E-Class Dan S-Class Merupakan Salah Satu Contoh Produk Manufaktur Berbahan Serat Alam. Organisasi Pangan Sedunia (FAO) mencanangkan tahun 2009 sebagai International Year of Natural Fibres (IYNF). Sasaran dari IYNF 2009 antara lain meningkatkan kesadaran masyarakat dunia dalam pemanfaatan serat alam, merangsang penggunaan serat alam untuk industri, serta mempromosikan keberlanjutan industri serat alam dan efisiensinya. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah mendorong kebijakan pemerintah untuk merespons permasalahan yang dihadapi industri serat alam. Selain itu, mendorong kemitraan antarindustri serat alam yang efektif dalam skala internasional. 

Read More/Reference:

Rabu, 13 Mei 2009

Seminar Nasional Teknik Mesin, "Meningkatkan Kerja Sama Perguruan Tinggi dan Industri Melalui Riset dan Inovasi di Bidang Teknik Mesin."

KEYNOTE SPEAKER
Ir. Mukhtasor, M.Eng., Ph.D.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN)


TOPIK MAKALAH
Ruang lingkup makalah yang diseminarkan, meliputi :
A. Konversi Energi meliputi energi baru dan terbarukan, sistem pengkonversi energi termal, pengering, pendingin, pembakaran, mesin-mesin fluida, pemodelan dan simulasi, otomotif dan TTG (Teknologi Tepat Guna).
B. Manufaktur meliputi proses manufaktur, sistem manufaktur, dan pengembangan material.
C. Disain meliputi konstruksi, peralatan handling material, pemodelan dan simulasi mekanik, disain produk, mekatronika, alat pertanian dan TTG (Teknologi Tepat Guna).


EXTENDED ABSTRAK
Extended Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia/Inggris dengan tata bahasa yang benar sebanyak minimum 400 kata dan maksimum 500 kata. Format penulisan adalah sebagai berikut: jarak 1 spasi, jenis huruf Times New Roman, ukuran 12 pt dan harus memuat judul makalah, nama-nama penulis, nama dan alamat instansi (kode pos, telepon dan faksimili, email). Extended abstrak harus menyajikan informasi tentang latar belakang, tujuan, metodologi, dan hasil penelitian. Petunjuk penulisan makalah akan dikirimkan bersamaan dengan informasi extended abstrak yang terpilih.


JADWAL KRITIS
Pendaftaran :
Batas extended abstrak (pemakalah): 20 Mei 2009
Pengumuman abstrak diterima : 27 Mei 2009
Batas penerimaan makalah lengkap : 10 Juni 2009
Batas pendaftaran (non pemakalah) : 25 Juni 2009
Seminar nasional : 30 Juni 2009


BIAYA SEMINAR
Peserta dengan makalah:
• Sampai dengan tanggal 10 Juni 2009, biaya makalah pertama Rp 400.000 dan biaya setiap makalah berikutnya Rp 200.000
• Sampai dengan tanggal 20 Juni 2009, biaya makalah pertama: Rp 450.000 dan biaya setiap makalah berikutnya: Rp 250.000
• Peserta yang belum menyelesaikan administrasi pembayaran sampai dengan tanggal 20 Juni 2009, maka makalahnya tidak akan dimasukkan dalam prosiding.
Peserta tanpa makalah:
Industri/BUMN : Rp.400.000,-
Dosen/Mahasiswa : Rp.150.000,-*
* Tanpa proceeding

Biaya seminar termasuk snack, makan siang, prosiding seminar, sertifikat, dan seminar kit. Biaya seminar harap ditransfer ke rekening :
BANK NIAGA Surabaya a/n.Oegik Soegihardjo, MA. No Rekening: 033-01-46044-12-1


WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Seminar dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30 Juni 2009 bertempat di Kampus Universitas Kristen Petra, Jl.Siwalankerto 121-131 Surabaya 60236.


ALAMAT PANITIA
Korespondensi dapat dialamatkan ke Panitia
Seminar Nasional Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Jurusan Teknik Mesin UK Petra Surabaya
Email to: sntm@peter.petra.ac.id
cc : sntm.petra@gmail.com
Telp : 031-7800 9075 / HP: 081-2300 6826
Fax : 031-8417 658


Read More/Reference:
http://www.dikti.org/?q=node/527


Seminar Teknik Mesin 2009

Topik Masalah:
1.Bidang Konversi Energi meliputi Termodinamika, Mekanika Fluida, Perpindahan Panas dan Massa, Aerodinamika, Teknologi dan Motor Bakar, Optimasi Energi, Energi dan Lingkungan, Teknologi Refrigerasi dan AC.

2.Bidang Rekayasa Desain Sistem dan Komponen Mesin meliputi Desain dan Pengembangan Produk, Vibrasi, Robotika, CAD/CAM/CAE, FEM, Fatigue & Fracture Mechanics, Tribologi.

3.Bidang Teknologi Material dan Proses Manufaktur meliputi Pengujian Material, Korosi, Teknologi Las, Cor, Permesinan dan Pembentukan Logam, Polimer, Keramik & Komposit, Analisa Kegagalan, Mekatronika, Fabrikasi dan Otomasi Industri

4.Bidang Pendidikan Teknik Mesin


Tanggal Penting:
29 Mei 2009 : Batas penerimaan extended abstract (500—800 kata)
5 Juni 2009 : Pengumuman makalah yang diterima
15 Juli 2009 : Batas akhir makalah
01 Agustus 2009 : Batas akhir registrasi peserta
Extended abstract dan full paper (bagi yang diterima) dikirim melalui
e-mail ke:
makalah.snttm8@gmail.com


Waktu dan Tempat Kegiatan:
Tanggal : 11 – 14 Agustus 2009
Tempat : Hotel Graha Santika Kawasan Simpang Lima Semarang


Sekretariat:
Untuk pendaftaran dan keterangan lebih lanjut hubungi:
Sekretariat SNTTM VIII-2009
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik—Universitas Diponegoro
Telp. (024) 7460059 Fax. (024) 7460059
CP : Rusnaldy (085865177026)
Email: makalah.snttm8@gmail.com
Website: www.mesin-undip.info/snttm8


Read More/Reference:
http://www.dikti.org/?q=node/531

Minggu, 10 Mei 2009

Perambatan Retak Fatik Sambungan Las Busur Rendam Baja ASTM A5720 Grade 50


Pengelasan Submerged Arc Welding (SAW) merupakan pengelasan yang banyak digunakan untuk penyambungan struktur/ mesin seperti perkapalan, bejana tekan, dan jembatan. Struktur/ mesin di lingkungan korosif akan mengalami lelah korosi (corrosion fatigue) dan retak korosi tegangan (stresss corrosion cracking). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku perambatan retak fatik di lingkungan korosif hasil pengelasan SAW baja ASTM A572 grade 50. Pengelasan, penggunakan bahan pengisi (filler) jenis CHW-S3 dan fluks CHF101GX. Sifat khas perambatan retak fatik dengan konsentrasi 3,5% NaCl dibandingkan dengan perambatan retak fatik di udara. Standar pengujian rambat retak menggunakan ASTM E647, jenis spesimen iddle tension (MTS). Hasil penelitian menunjukkan perambatan retak fatik dengan konsentrasi 3,5% NaCl mengalami penurunan siklus fatik sebesar 10 %. Media korosi 3,5% NaCl memiliki sifat yang mempercepat fatik pada ΔK kurang dari 23,269 MPa.m1/2. Laju perambatan retaknya (dA/dn) lebih besar dari udara, sedangkan untuk ΔK lebih dari 23,269 MPa.m1/2, laju perambatan retak udara lebih besar.

Read More/Reference:
http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/1247_SDMIV_Nanang%20Budi%20449-457.pdf